Tuesday, April 23, 2013

Upaya Membantu Siswa Mengatasi Masalah Belajar

Upaya Membantu Siswa Mengatasi Masalah Belajar


Nah,, Setelah kemarin telah berbagi tentang penyebab masalah belajar, sekarang saya akan ulas tentang upaya membantu siswa mengatasi masalah belajar. Sebenarnya bagaimana sih cara mengatasinya .. mari kita simak baik-baik.
Para  ahli  telah  mengajukan  langkah-langkah  yang ditempuh  untuk melaksanakan pemecahan  masalah  belajar. Ross  dan  Stanley  (dalam depdikbud,1985:38)  menyatakan bahwa  tahapan  dalam pemecahan masalah  belajar sebagai berikut:


  • who are the pupils  having  trouble?
  • where are  the errors located?
  • why do the errors  located?
  • what  remidies are suggested ?
  • how can errors  be  pre­vented
Sedangkan Burton (dalam Depdikbud, 1985:38) menya­takan langkah-langkah pemecahan masalah belajar  meliputi:
  • general diagnosis,
  • Analytic diagnosis,
  • Psycolog­ical diagnosis.
Setelah  ditemukan siswa  atau  individu  yang diduga  mengalami  kesulitan belajar,  maka   selanjutnya adalah  melakukan  diagnosa yaitu upaya  untuk menentukan letak  dan jenis kesulitan serta latar belakangnya. Untuk itu  di bawah ini secara berturut-turut akan dibahas  per­tanyaan  sbb :
  • Dalam mata pelajaran manakah  kesulitan itu terjadi?
  • Pada kawasan tujuan belajar yang  manakan kesulitan itu terjadi?
  • Pada bagian ruang lingkup  bahan yang manakah kesulitan itu terjadi? Apa yang melatarbela­kangi terjadinya kesulitan itu.
Sebenarnya  tidaklah terlalu sukar untuk menjawab  per­tanyaan,  apakah  kesulitan itu terjadi  pada  beberapa atau  hanya salah satu mata pelajaran tertentu.  Dengan jalan membandingkan angka nilai prestasi tiap individu yang  bersangkutan  dari semua mata  pelajaran  dengan nilai rata-rata dari setiap mata pelajaran, maka dengan mudah dapat ditemukan pada mata pelajaran  manakah siswa mengalami kesulitan. sebagai berikut:
Penetapan  tehnik  yang  akan  ditempuh  disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang kesulitan, misalnya ;
  • Jika berlatarbelakang pada  masalah-masalah pribadi seperti konflik, rendah diri, kurang kepercayaan pada diri sendiri, maka diberi bantuan konseling,
  • Jika berlatar   belakang karena gangguan mental atau gangguan  kesehatan  fisik,  bantuannya  ialah  dengan   melimpahkan kepada petugas yang berwenang,
  • Jika berlatar  belakang  sosial  dapat  diberi  pendekatan dengan  group  guidance (bimbingan kelompok) serta penempatan pada kelompok-kelom­pok  tertentu dan sebagainya,
  • Jika masalah yang timbul karena  proses belajar mengajar  maka diberi bantuan  bim­bingan belajar.
Jika terdapat kasus kesulitan belajar seperti tersebut di atas, maka hendaknya:
  • menarik kesimpulan umum;
  • membuat perkiraan, apakah masalah itu mungkin untuk diatasi, dan;
  • memberikan saran tentang kemungkinan cara mengatasinya.
Untuk Kasus Kelompok
Jika mayoritas siswa nilai prestasinya tidak dapat mencapai batas lulus (minimum acceptable performance), kita dapat menyimpulkan bahwa kelas yang bersangkutan patut diduga sebagai kelas yang mengalami kesulitan belajar. Begitu juga dengan kelas yang bernilai prestasi kelas di bawah kelas yang setaraf, kelas ini juga patut diduga sebagai kelas yang mengalami kesulitan belajar.
Jika fakta di atas ternyata terjadi pada banyak bidang studi, dapat diduga bahwa letak kelemahannya bersifat integral (menyeluruh) yang menyangkut keseluruhan aspek kurikulum dan system pengajaran di kelas atau sekolah yang bersangkutan, tetapi kalau kasus tersebut hanya terjadi pada bidang studi tertentu maka kelemahannya dapat dilokalisasikan pada sistem instruksional khusus yang digunakan oleh guru bidang studi.
Estimasi (perkiraan) dan saran kemungkinan cara mengatasi kasus di atas dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mendefinisikan jenis dan sumber penyebab masalahnya dan karakteristik berat atau ringannya masalah. Pada kasus kelompok penyebab masalah dapat dikatakan dari luar diri diri siswa karena yang mengalami kesulitan hampir semua siswa dalam satu kelas, sedangkan karakteristik masalahnya sangat mungkin diatasi, berdasarkan gejala-gejala khas yang berkaitan dengan kelompok.
Jika kelemahannya bersumber dari kurikulum, maka kemungkinan cara mengatasi adalah dengan program pengajaran khusus (pengayaan). Jika kelemahannya bersumber dari sistem evaluasi, maka kemungkinan cara mengatasinya dengan pengembangan sistem penilaian yang memotivasi siswa. Sedangkan jika kelemahan terdapat pada faktor kondisional, kemungkinan dapat diatasi dengan melengkapi buku, laboratorium, dan sarana-prasarana belajar lainnya.
Untuk Kasus Individu
Jika ternyata hanya sebagaian kecil dari siswa (sekitar 5-25%) yang angka prestasinya tidak mencukup batas lulus dan atau lebih kecil dari rata-rata nilai prestasi kelas, kita dapat menyimpulkan bahwa letak kelemahan bersifat individual. Permasalahan dapat disimpulkan lebih lanjut sebagai berikut.
  • Bersifat menyeluruh, jika ternyata kelemahannya terjadi pada seluruh atau sebagaian besar bidang studi yang diikutinya.
  • Bersifat segmental atau sektoral, jika ternyata kelemahannya terjadi pada sebagaian bidang studi yang diikutinya.
  • Bersifat personal, jika ternyata kelemahan itu bukan dalam segi prestasi studi tetapi segi proses atau penyesuaian dirinya.
Sedangkan sumber dan faktor penyebabnya dapat berupa faktor individu siswa yang bersangkutan. Misalnya sifat sukar mengubah diri dengan pola-pola kebiasaan belajar yang lebih sesuai, sikap menyepelekan sistem penilaian partisipasi, dan belum menguasai pengetahuan dasar. Faktor dari luar diri siswa juga dapat berpengaruh pada hal ini, contohnya hampir sama pada kasus kelompok yang sebelumnya telah dijelaskan.
Untuk mengatasi kasus individu ini, sebelumnya harus kita bedakan dahulu, mana yang lebih muda diatasi dan mana yang lebih sulit. Jika faktor yang lebih berpengaruh adalah faktor hereditas atau genetik, maka usaha penyembuhan secara metodologis sangat kecil kemungkinannya untuk berhasil. Siswa semacam ini dapat dibantu dengan penyaluran atau penjurusan program pendidikan tertentu yang sesuai dengan kemampuannya. Jika kelemahan itu bersumber dari aspek individual lainnya, seperti kebiasaan belajar, minat dan lingkungan, maka penyembuhan secara metodologis dapat diterapkan meskipun hasilnya baru dapat dilihat dalam waktu yang relatif lama.
Beberapa alternatif yang dapat dilakukan dalam membantu masalah belajar  siswa yaitu : Remidial  teaching  atau pengajaran perbaikan, kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi belajar, peningkatan ketrampilan belajar, pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik (Kartadinata, 1999; 75-79).
Di bawah ini diuraikan beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam membantu siswa yang mengalami masalah belajar.
Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan bentuk khusus pengajaran yang bermaksud untuk menyembuhkan, membetulkan atau membuat menjadi baik. pengajaran perbaikan dapat dilakukan kepada seorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka. Pengajaran perbaikan sifatnya lebih khusus, karena bahan, metode, dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang masalah yang dihadapi siswa.   Wujud dari pengajaran perbaikan dapat berupa; pengajaran ulang baik sebagian maupun keseluruhan suatu unit, pemecahan masalah sosial, emosional maupun psikologis siswa.
Kegiatan pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seorang atau beberapa siswa yang sangat cepat dalam belajar. layanan ini dapat berupa tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah atau memperluas pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimiliki. Siswa yang cepat belajar hamper selalu dapat mengerjakan tugas-tugas lebih cepat dibandingkan dengan teman-temannya dalam waktu yang telah ditetapkan. 
Peningkatan motivasi belajar
Prosedur yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar adalah sebagai berikut:
  • Memperjelas tujuan-tujuan belajar. Melalui peneguhan tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang yang akan dicapai, akan mendorong siswa giat belajar.
  • Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan menyenangkan.
  • Memberi hadiah (penguatan) baik secara verbal dan non verbal.
  • Memberikan hukuman (hukuman yang bersifat membimbing, yaitu yang menimbulkan efek peningkatan perilaku kearah yang lebih baik).
  • Menciptakan interaksi yang hangat dan dinamis antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa.
  • Menghindari suasana yang mengancam dan menimbulkan tekanan-tekanan seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan dan menjengkelkan.
  • Melengkapi sumber dan peralatan belajar.  
  • Peningkatan ketrampilan belajar
Ketrampilan belajar sangat dibutuhkan siswa untuk dapat mencapai hasil belajar yang optimal.  Untuk meningkatkan ketrampilan belajar siswa dapat dilakukan dengan cara memberikan informasi dan pelatihan ketrampilan belajar. Materi pelatihan ketrampilan belajar dapat  meliputi: cara membuat catatan yang baik, cara menhadapi ujian, cara membuat ringkasan, cara menghafal materi pelajaran dan sebagainya.
Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
Sikap dan kebiasaan yang baik tidak tumbuh secara kebetulan, melainkan perlu ditumbuhkan melalui bantuan yang terencana, terutama oleh guru-guru dan orang tua siswa. untuk itu siswa hendaknya dibantu dalam hal;
  • menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar
  • memelihara kondisi kesehatan yang baik
  • mengatur waktu belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah
  • memilih tempat belajar yang baik
  • belajar dengan menggunakan berbagai sumber belajar
  • membaca dengan cara yang baik
  • tak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang belum diketahui.
Source :  http://kajianpsikologi.guru-indonesia.net/artikel_detail-40565.html#.UVH62aKl7-s


No comments:

Post a Comment