Thursday, April 18, 2013

Cara Mengidentifikasi Siswa yang Mengalami Masalah Belajar

Cara Mengidentifikasi Siswa yang Mengalami Masalah Belajar


Untuk mengidentifikasi siawa yang diperkirakan mengalami masalah belajar dapat dilakukan dengan cara; analisis hasil tes belajar, tes kemampuan dasar, skala pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar, dan observasi saat proses belajar mengajar berlangsung. Di bawah ini diuraikan cara mengidentifikasi tersebut di atas.



  • Analisis Hasil Tes Belajar
Melalui tes hasil belajar akan diketahui sejauh mana siswa telah mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Siswa dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran apabila dia telah menguasai sebagian besar materi yang telah diajarkan. Ketentuan penguasaan bahan ditentukan dengan menetapkan patokan, yaitu persentase minimal yang harus dikuasai oleh siswa (misalnya 75%). Siswa yang belum menguasai bahan pelajaran sesuai patokan yang ditetapkan, dikatakan belum menguasai tujuan pengajaran. Siswa yang seperti ini diduga siswa yang mengalami kesulitan belajar dan memerlukan bantuan khusus.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa langkah operasional diagnosis kesulitan belajar.
    • Dengan metoda criterion referenced, yaitu tes yang mengasumsikan bahwa instrumen evaluasi atau soal yang digunakan telah dikembangkan dengan memenuhi syarat – syarat tertentu. Tahapannya adalah sebagai berikut :
      • Menetapkan angka nilai kualitatif minimal yang dapat diterima, misalnya 5,0 atau 6,0.
      • Membandingkan prestasi dari setiap siswa dengan angka nilai batas lulus tersebut. Secara teoritis, mereka yang angka nilai prestasinya berada di bawah lulus sudah dapat diduga sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar.
      • Menghimpun siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar serta mencari siswa yang mengalami gejala terparah (yang nilainya jauh dibawah siswa penderita kesulitan belajar lainnya)
      • Membuat rangking atau tingkatan guna mempermudah dalam pemberian prioritas layanan psikologis.
Dengan hasil penandaan itu maka dapat dikatakan bahwa kelas atau individu-individu tersebut memerlukan bimbingan belajar karena prestasinya belum memenuhi harapan (seperti yang digariskan dalam TIK).
    • Dengan metoda norm-references, yaitu nilai prestasi rata-rata dijadikan ukuran pembanding bagi setiap nilai prestasi masing-masing siswa. Tahapannya adalah sebagai berikut :
      • Mencari dan menghitung nilai rata-rata kelas atau kelompok
      • Menandai siswa-siswa yang nilainya dibawah rata-rata
      • Jika mau diadakan prioritas layanan bimbingan, terlebih dahulu harus membuat rangking seperti pada metoda pertama.
  • Tes Kemampuan Dasar
Setiap siswa memiliki kemampuan dasar atau kecerdasan tertentu. Tingkat kemempuan ini biasanya diukur atau diungkap dengan menggunakan tes kecerdasan yang sudah baku. Diasumsikan bahwa anak normal memiliki tingkat kecerdasan (IQ) antara 90 – 109. Hasil belajar yang dicapai siswa hendaknya dapat mencerminkan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Murid yang memiliki kemampuan dasar tinggi akan mencapai hasil belajar yang tinggi pula. Bilamana seorang siswa mencapai hasil belajar lebih rendah dari tingkat kecerdasan yang dimilikinya, maka yang bersangkutan digolongkan sebagai siswa yang mengalami masalah belajar atau di sebut Undeachiever.
Belajar merupakan tugas seorang siswa, oleh karena  itu  seorang siswa perlu memiliki  kebiasaan belajar  yang baik sehingga dapat mencapai prestasi  yang optimal.  Kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor penen­tu keberhasilan belajar. Hasil penelitian yang  dilakukan Rosmawati (dalam Amti,1993), menunjukkan bahwa terdapat  hubungan yang berarti antara  kebiasaan belajar dengan hasil  belajar.  Hal ini berarti siswa  yang mempunyai kebiasaan belajar yang baik cenderung memperoleh hasil  belajar yang baik.
Senada dengan pendapat di  atas, Prayitno  (dalam Amti,1993) menyatakan cara belajar(yang meliputi sikap dan kebiasaan belajar)  akan  mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Oleh sebab itu, jika  seorang siswa mendapat  nilai  yang kurang memuaskan  dalam belajar, salah satu faktor penting yang  perlu  diperiksa adalah bagaimana cara belajar yang ditempuh.
Untuk mengungkap sikap dan kebiasaan belajar siswa dapat dikembangkan alat berupa “ skala sikap dan kebiasaan belajar” (contoh lihat lampiran). Melalui alat ini dapat diungkap cara siswa mengerjakan tugas-tugas sekolah, sikap terhadap guru, sikap dalam menerima pelajaran, dan kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Dengan memperhatikan sikap dan kebiasaan belajar siswa akan dapat diketahui siswa yang sikap dan kebiasaan belajarnya sudah memadai  dan perlu dipertahankan, serta siswa yang memerlukan bantuan khusus dalam meningkatkan sikap dan kebiasaan belajarnya yang baik.
  • Observasi Saat Proses Belajar Mengajar Berlangsung
Kasus  kesulitan belajar itu dapat pula di deteksi dengan catatan observasi atau laporan proses kegiatan belajarnya. Diantara  catatan proses  belajar itu ialah :(1) cepat-lambat (berapa  lama) menyelesaikan pekerjaan (tugasnya); (2)  Ketekunan  atau persistensi  dalam mengikuti pelajaran (berapa kali tidak hadir,  alpha, sakit, izin);(3) partisipasi dan  kontribu­sinya  dalam  pemecahan masalah  atau  mengerjakan  tugas kelompok;(4)kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosialnya.
Hasil  analisa empiris terhadap  catatan  keterlambatan penyelesaian   tugas/soal, ketidakhadiran   (absensi),  kurang  aktif dan kurang berpartisipasi, kurang penyesuaian diri dapat  menunjukkan siswa yang mengala­mi kesulitan belajar.
Source : http://kajianpsikologi.guru-indonesia.net/artikel_detail-40567.html#.UVH7Z6Kl7-s


No comments:

Post a Comment