Tuesday, April 30, 2013

Latihan Soal Olimpiade SD (Part 1)

Latihan Soal Olimpiade SD (Part 1)


1. Sebuah tongkat berwarna coklat panjangnya 0,8 m. Sebuah tongkat yang berwarna hijau panjangnya 5/6 dari panjang tongkat yang berwarna coklat. Sebuah yang berwarna biru 1/6 m lebih pendek dari tongkat yang berwarna hijau. Tentukan panjang total dari ketiga tongkat tersebut.


2. Terdapat 1000 kancing pada sebuah kotak yang berwarna hijau, merah, biru dan hitam. Dari kancing-kancing tersebut, 100 kancing berwarna hijau dan 200 kancing hitam. Jumlah kancing merah sama dengan jumlah kancing berwarna hijau ditambah dengan 3/8 dari jumlah total kancing. Sisanya adalah jumlah kancing biru. Tentukan jumlah kancing merah dan kancing biru.

3. Sebuah pabrik obat memproduksi obat berbentuk pil yang beratnya 0,6 gram. Pil tersebut akan dikemas menggunakan kertas aluminium. Setiap lembar kertas aluminium berisi 28 pil. Lima lembar aluminium akan dikemas dalam satu kotak karton. Setiap 480 kotak karton akan disimpan dalam sebuah kotak kardus. Berapakah bert\at pil pada sebuah kotak kardus?.

4. Rudi membayar Rp. 135.000,00 untuk membeli bensin saat mobilnya kehabisan bahan bakar. Harga bensin Rp. 4500,00 per liter. Saat mengisi bensin angka kilometer pada spidometer mobil menunjukkan angka : 018436. Bensin tersebut habis pada saat angka kilometer menunjukkan 018786. Berapa kilometer yang ditempuh mobil tersebut untuk setiap liter bensin.

5. Pada sebuah pameran, jumlah wanita dewasa yang hadir 1/3 dari jumlah laki-laki dewasa. Jumlah anak-anak yang hadir 20 orang lebih banyak dari jumlah lakilaki dewasa.
a. Jika jumlah wanita dewasa yang hadir 0,2 dari jumlah anak-anak, maka berapa orang yang hadir dalam pameran tersebut.
b. Berapa rasio antara anak-anak, laki-laki dewasa dan wanita yang hadir.

6. Setelah meminjamkan uangnya pada Sandi 2/5 dari uangnya, Marwan masih memiliki 0,5 dari uang yang dimiliki Sandi. Jika sandi memberikan 0,4 dari uangnya kepada lina, maka sandi masih memiliki uang Rp. 240.000,00.
a. Berapa banyak uang yang diterima Lina dari sandi?
b. Berapa uang yang dimiliki Marwan pertama kali.

7. Pada sebuah tas terdapat 83 keping uang logam Rp.50,00 Rp.200,00 dan Rp.500,00. jumlah uang logam Rp.200,00 3 keping lebih banyak daripada uang logam Rp.500,00. Jumlah uang logam Rp.50,00, 6 kali lebih banyak daripada uang logam Rp.500,00. Berapa rupiah jumlah seluruh uang logam yang terdapat pada tas tersebut?.

8. Tinggi rata-rata dari 1 pohon durian, 1 pohon kelapa dan 1 pohon mangga adalah 17m 6 cm. Tinggi rata-rata dari 1 pohon durian, 1 pohon kelapa, 1 pohon mangga dan 1 pohon pepaya adalah 14 m 20 cm. berapakah ketinggian dari pohon pepaya?.

9. Kalau kecepatannya diturunkan dari 60km/jam menjadi 50km//jam jarak yang Ditempuh sepeda motor Anas bertambah 3 km untuk setiap liter bensin yang digunakannya. Pada kecepatan 50 km/jam, sepeda motor Anas dapat menempuh jarak 18km/jam. Tentukan berapa liter bensin yang dapat dihemat anas dalam perjalanan sejauh 180km jika ia menurunkan kecepatan dari 60km/jam.

10. Dua buah Kereta Api pada satu jalur bergerak berhadapan dengan kecepatan masing-masing 50 km/jam. Pada jarak 40 km seekor burung terbang bolak balik dengan kecepatan 80 km/jam untuk memberitahu masinis bahwa ada kereta dihadapannnya. Setelah menyentuh kereta 1 burung tersebut terbang kembali menuju kereta 2 dan kembali menuju kereta 1 dan seterusnya sehingga kedua kereta bertabrakan. Berapakah jarak yang ditempuh burung itu sampai kedua kereta bertabrakan ?.





Tunggu penyelesaiannya pada posting selanjutnya.....

Mengenal Tipe Soal Olimpiade Matematika

Mengenal Tipe Soal Olimpiade Matematika



Seorang teman mengeluhkan anaknya yang sedang bersiap menghadapi olimpiade matematika. Teman tadi merasa dia tak sanggup menemani anaknya belajar. Materi-materi soal olimpiade dirasakannya sangat susah. Dibutuhkan daya nalar dan kreativitas super untuk menyelesaikannya. Memang betul, tipe soal olimpiade menuntut peserta untuk berinovasi dengan teori-teori matematika yang dikuasainya.


Soal-soal olimpiade matematika tidak hanya menuntut sekadar hafalan rumus. Karena itu saya suka senyum-senyum kalau melihat para peserta yang hadir di arena masih sambil menenteng buku-buku rumus. Ketahuan, biasanya yang tipe seperti ini, banyaknya ‘penggembira’ saja. Berdasarkan pengalaman lho ya? :) Kalau yang langganan juara sih, biasanya melangkahnya juga sudah mantap. Bahkan dari sorot matanya sudah kelihatan lho. Hihi..ini sih sok tahu ya.

Ada juga pendapat yang salah kaprah di masyarakat. Sebagian ada yang merasa untuk mempersiapkan seorang anak menghadapi olimpiade, mereka harus diberi materi ‘tingkat tinggi’. Misalnya untuk anak SD diberi pelajaran matematika yang dipelajari di SMP atau bahkan SMA. Atau anak SMP yang harus mempelajari materi SMA atau bahkan tingkat TPB (tahun pertama). Sebenarnya sih nggak sepenuhnya salah, mengingat sebagian materi di tingkat lanjut adalah merupakan pengembangan dari materi pada jenjang sebelumnya.

Lalu apa yang membedakan ‘materi sekolah’ dan soal-soal yang disajikan di olimpiade? Ya itu tadi, peserta dituntut untuk kreatif menyelesaikan soal-soal tersebut dengan materi yang telah dipelajarinya. Contoh paling sederhana adalah penyelesaian soal pecahan berikut ini.

Materi pecahan sesungguhnya telah dipelajari sejak seorang siswa duduk di kelas 3 SD. Mereka pun telah diajarkan konsep penjumlahan dan pengurangan pada pecahan. Bahkan di kelas 4 mereka diajarkan untuk menyelesaikan penjumlahan dan pengurangan dengan penyebut berbeda.

Contoh : 1/3 + 1/2 = 2/6 + 3/6 = 5/6
 Mereka pun telah diberikan konsep membandingkan dua pecahan.

Nah sekarang mari kita lihat tipe soal olimpiade yang membahas materi pecahan.

If 1/3 = 1/A + 1/B where A and B are different whole numbers, find the value of A  and the value of B. (sumber : Math Olympiad. Contest Problem for Elementary and Middle Schools- Dr. George Lechner)
Bagi yang tak terbiasa,  menghadapi soal di atas dijamin akan berkerut memikirkan cara penyelesainnya. Mencoba satu persatu bilangan tentu bukan pilihan tepat. Kebayang waktu yang dibutuhkan untuk mencoba satu persatu bilangan yang ada :) 

Soal di atas sesungguhnya dapat diselesaikan dengan nalar seperti ini. Karena 1/3 adalah hasil penjumlahan maka bisa dipastikan 1/3 tentu lebih besar dari 1/A dan 1/B. Jika seandainya A dipilih 1/4 maka penyelesaiannya menjadi :

1/3 = 1/4 + 1/B atau 1/B = 1/3 – 1/4.

Anda pasti sudah bisa melihat bahwa bentuk baru soal tersebut kini sudah menyamai soal-soal di sekolah yang umum diselesaikan di kelas 4 SD.

1/B = 1/3-1/4 = 4/12 – 3/12 = 1/12

Jadi A=3 dan B= 12

Jika dicermati akan didapatkan ‘rumus’ baru yang berlaku bagi semua pecahan
1/N = 1/(N+1) + 1/N(N+1)

Jadi kesimpulan tulisan ini adalah selain persiapan materi dan konsep-konsep dasar matematika yang harus dikuasai peserta, peserta pun harus membiasakan diri berpikir ‘bebas’ dan kreatif.
Selamat berlomba :)

Monday, April 29, 2013

Contoh Soal OSN Matematika SD (1)

Contoh Soal OSN Matematika SD (1)


Selamat pagi semuanya? Bagaimana kabarnya? Oya kali ini ILMU MATEMATIKA akan share contoh soal OSN Matematika SD. Ke depan ILMU MATEMATIKA akan share 5.000.000 contoh soal OSN
 Matematika SD. Jadi tunggu postingan selanjutnya yang ke-2 (2).



1. Jika a + b = 2, b +c = 3, dan c + a = 4, Maka hitunglah nilai a + b + c = ....

Penyelesaian:

a + b = 2
b + c = 3  -
a - c = -1

Kita eliminasi ke:
a - c = -1
c + a = 4 +
    2a = 3
      a = 3/2

Substitusi nilai a = 3/2 ke:
a + b = 2
3/2 + b = 2
b = 2 - 3/2
b = 1/2

Substitusi nilai a = 3/2 ke:
c + a = 4
c + 3/2 = 4
c = 4 - 3/2
c = 5/2


Selanjutnya kita cari nilai a + b + c = 3/2 + 1/2 + 5/2 = 9/2.
Maka didapatkan hasilnya yaitu 9/2.


Sekian dulu pembahasan dari ILMU MATEMATIKA, semoga bermanfaat.....


Jika ada tanggapan atau pertanyaan silahkan



Sunday, April 28, 2013

Proses Pembelajaran Inovatif

Proses Pembelajaran Inovatif



Pembelajaran inovatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan adalah salah satu metode pembelajaran berbasis lingkungan. Metode ini mampu melibatkan siswa secara langsung dengan berbagai pengenalan terhadap lingkungan. Pada proses ini guru dan siswa saling memberikan pengetahuan tentang bagaimana hasil belajarnya bagi siswa dan proses pembelajaran ini mengtamakan kreativitas siswa. Secara garis besar, dapat digambarkan sebagai berikut:





  1. Siswa langsung terlibat ke dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan pengetahuan mereka dengan menekankan pada belajar melalui praktik.
  2. Guru dituntut menggunakan alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa.
  3. Guru harus bisa mengatur kelas dengan berbagai variasi seperti memajang buku-buku dan bahan ajar yang lebih menarik dan menyediakan alat-alat pembelajaran.
  4. Guru menerapkan tentang cara mengajar yang lebih koopertif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok dengan berbagai suasana.
  5. Guru mendorong, memberikan motivasi siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan belajarnya.
Contoh KBM dan kemampuan guru yang sangat tepat:
Fase
Jenis Kegiatan
Kemampuan Guru
Kegiatan Mengajar
Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa berperan aktif dalam pembelajaran
Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam misalnya:
  • percobaan
  • diskusi kelompok
  • memecahkan masalah
  • mencari informasi
  • menulis laporan/cerita
  • berkunjung keluar kelas
Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misalnya:
  • alat yang tersedia
  • gambar
  • studi kasus
  • nara sumber
Guru memberi kesempatan kepada siswa mengembangkan ketrampilannya
Lingkungan siswa:
  • melakukan percobaan, pengamatan atau wawancara
  • mengumpulkan data dan mengolahnya sendiri
  • menarik kesimpulan
  • memecahkan masalah
  • menulis laoran hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
Guru memberi kesempatan kepada siswa mengungkapkan gagasannya sendiri sacara lisan atau tulisan
Melalui:
  • diskusi
  • lebih banyak pertanyaan terbuka
  • hasil karya yang merupakan anak sendiri
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa
Siswa dikelompokan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut. siswa diberikan tugas perbaikan atau pengayaan
Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari
Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri. siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus-menerus
Guru memantau kerja siswa. guru memberikan umpan balik


Sumber: http://dedi26.blogspot.com

Saturday, April 27, 2013

Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Jenis-Jenis Media Pembelajaran



1. Media Visual
Media visual berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam bentuk-bentuk visual. Selain itu fungsi media visual juga berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, menggambarkan fakta yang mungkin dapat mudah untuk dicerna dan diingat jika disajikan dalam bentuk visual. Jenis-jenis media visual antara lain:
  • Gambar atau foto
  • Sketsa
  • Diagram
  • Bagan
  • Grafik
  • Kartun
  • Poster
  • Peta atau Globe
  • Papan Planel
  • Papan Buletin
2. Media Audio
Media audio adalah jenis media yang berhubungan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan pada lambang-lambang auditif. Jenis-jenis media audio antara lain:
  • Radio
  • Alat Perekam atau Tape Recorder
3. Media Proyeksi Diam
Jenis-jenis media proyeksi diam antara lain adalah:
  • Film Bingkai
  • Film Rangkai
  • OHT
  • Opaque Projektor
  • Mikrofis
4. Media Proyeksi Gerak dan Audio Visual
Jenis-jenis media proyeksi gerak dan audio visual antara lain:
  • Film Gerak
  • Film Gelang
  • Program TV
  • Video
5. Multimedia
Vaughan (2004) menjelaskan bahwa "Multimedia adalah sembarang kombinasi yang terdiri atas teks, seni grafik, bunyi, animasi, dan video yang diterima oleh pengguna melalui komputer. Sedangkan Heinich dkk. (2005) mengatakan bahwa  "Multimedia merupakan penggabungan atau pengintegrasian dua atau lebih format media yang terpadu seperti teks, grafik, animasi dan video untuk membentuk aturan informasi ke dalam sistem komputer. 
6. Benda
Benda-benda yang ada di alam sekitar dapat juaga digunakan sebagai media pembelajaran, baik itu benda asli ataupun benda tiruan. 


Sumber: http://dedi26.blogspot.com

Lingkungan Pembelajaran yang Efektif

Lingkungan Pembelajaran yang Efektif


Penyediaan lingkungan pembelajaran yang efektif meliputi strategi yang digunakan oleh seorang guru untuk menciptakan sebuah pengalaman ruang kelas yang positif dan produktif. Sering disebut manajemen ruang kelas (classroom management), strategi untuk menyediakan lingkungan pembelajaran yang efektif tidak hanya meliputi mencegah dan menanggapi perilaku yang buruk tetapi yang lebih penting adalah menggunakan waktu kelas dengan sebaik-baiknya, menciptakan suatu atmosfer yang kondusif bagi minat dan penelitian, dan membolehkan kegiatan yang melibatkan pikiran dan imajinasi peserta didik. Kelas yang tidak mempunyai masalah perilaku sama sekali tidak dapat dianggap sebagai kelas yang dikelola dengan baik.


Pendekatan yang paling efektif terhadap manajemen ruang kelas adalah dengan menggunakan pendekatan kontruktivisme. Peserta didik yang berpartisipasi dalam kegiatan yang ditata dengan baik yang melibatkan minat, yang sangat termotivasi untuk belajar. Penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif melibatkan  pengorganisasian kegiatan di ruang kelas, pengajaran, dan ruang kelas fisik untuk memungkinkan penggunaan waktu yang efektif, menciptakan lingkungan pembelajaran yang produktif dan meminimalkan gangguan. Penciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif adalah soal mengetahui beberapa teknik yang dapat dipelajari dan diterapkan setiap guru. Pengajaran yang efektif itu sendiri adalah sarana terbaik untuk menghindari persoal disiplin.
Pada masa lalu, penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif sering dipandang sebagai permasalahan mengatasi perilaku buruk dari masing-masing peserta didik. Tetapi pemikiran pada saat sekarang menekankan manajement kelas sebagai keseluruhan dengan cara seperti membuat masing-masing orang mempunyai perilaku buruk menjadi semakin berkurang.


Sumber: http://dedi26.blogspot.com

Friday, April 26, 2013

8 Keahlian Standar Guru Abad ke-21

8 Keahlian Standar Guru Abad ke-21




Guru abad ke-21 harus memiliki pemahaman bahwa pembelajaran di sekolah haruslah semenarik mungkin, untuk itu hadirnya teknologi di dalam proses pembelajaran itu merupakan suatu yang memungkinkan. Untuk dapat menggunakan peralatan teknologi yang digunakan sebagai media pembelajaran, maka guru abad ke-21 dituntut untuk memiliki keahlian-keahlian standar guru abad ke-21, yaitu.



  1. Dapat mengoperasikan  dan mengerti komputer atau laptop.
  2. Menguasai berbagai software seperti Microsoft Office atau yang sejenisnya.
  3. Dapat mengoperasikan kamera video, karena bagaimanapun rekaman atau foto ke dalam kelas dapat membantu siswa belajar.
  4. Mampu mengedit gambar atau video (dapat membuat film sederhana untuk keperluan belajar).
  5. Dapat membuat presentasi dan mempunyai keahlian untuk memberikan presentasi menarik.
  6. Dapat menulis esai atau cerita sederhana, sebab kalau tidak bagaimana bisa mengajarkan siswa ber-esai ria.
  7. Familiar dengan jejaring sosial dan internet.
  8. Mengenal dunia blogging atau paling tidak mempunyai blog sendiri meski sederhana saja.


Sumber: http://dedi26.blogspot.com


Pengertian Individu Sebagai Peserta Didik

Pengertian Individu Sebagai Peserta Didik


Istilah individu berasal dari kata individera berarti satu kesatuan organisme yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau tidak dapat dipisahkan. Individu merupakan kata benda dari individual yang berarti orang atau perseorangan (Echols, 1975:519). Manusia merupakan kesatuan psikofisis (jasmani dan rohani) yang khas (unik) dan terus-menerus mengalami perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan itu merupakan sifat kodrati manusia yang harus mendapat tempat dan perhatian.

 
Makna pertumbuhan pada hakikatnya berbeda dengan makna perkembangan. Istilah pertumbuhan digunakan untuk menyatakan perubahan kuantitatif mengenai aspek fisik atau biologis. Istilah perkembangan digunakan untuk perubahan yang bersifat mengenai aspek psikis atau rohani. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan manusia memerlukan berbagai kebutuhan. Kebutuhan ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Dalam pertumbuhan dan perkembangan tingakt kebutuhan manusia terus meningkat. Semakin bertambahnya usia maka tingkat kebutuhan menjadi semakin besar. 
Setiap individu dikatakan sebagai peserta didik apabila ia telah memasuki usia sekolah. Usia 4 sampai 6 tahun di taman kanak-kanak. Usia 6 atau 7 tahun di sekolah dasar. Usia 13 sampai 16 di sekolah menengah pertama dan usia 16 sampai 19 tahun di sekolah menengah atas. Jadi peserta didik adalah anak, individu yang tergolong dan tercatat sebagai siswa di dalam  satuan pendidikan.


Sumber: http://dedi26.blogspot.com

Thursday, April 25, 2013

Peran Orang Tua terhadap Pembentukan Kemandirian Remaja

Peran Orang Tua terhadap Pembentukan Kemandirian Remaja


Kemandirian pada anak berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola asuh orangtua. Dalam keluarga orangtualah yang berperan dalam mengasuh, membimbing dan membantu mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Meskipun dunia pendidikan atau sekolah ikut berperan dalam memberikan kesempatan kepada anak untuk mandiri, keluarga tetap menjadi pilar utama dan pertama dalam membentuk anak untuk mandiri.
  • Komunikasi
Berkomunikasi dengan anak merupakan suatu cara yang paling efektif untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Komunikasi disini haruslah dua arah artinya kedua belah pihak saling mendengarkan pandangan satu dengan yang lainnya. Dengan melakukan komunikasi, orangtua dapat mengetahui pandangan dan kerangka berpikir anaknya dan juga sebaliknya. Komunikasi dapat dilakukan saat santai agar komunikasi yang dilakukan dapat berjalan dengan baik.
  • Kesempatan
Orangtua sebaiknya memberikan kesempatan kepada anaknya untuk dapat membuktikan atau melaksanakan keputusan yang telah diambilnya. Dalam hal ini orangtua bertindak sebagai pengamat dan hanya boleh melakukan intervensi jika tindakan sang remaja dianggap dapat membahayakan dirinya dan juga orang lain.
  • Tanggung Jawab
Bertanggung jawab terhadap segala tindakan yang diperbuat merupakan kunci utama menuju sebuah kemandirian. Dengan bertanggung jawab, remaja akan belajar untuk tidak mengulangi hal-hal yang memberikan dampak-dampak negatif bagi dirinya. 
  • Konsistensi
Konsistensi orangtua dalam menerapkan disiplin dan menanamkan nilai-nilai sejak masa kanak-kanak dalam keluarga akan menjadi panutan  bagi remaja untuk mengemembangkan kemandirian dan berpikir secara dewasa. Orangtua yang konsisten akan memudahkan remaja dalam membuat rencana hidupnya sendiri dan dapat memilih berbagai alternatif karena segala sesuatu sudah dapat diramalkan


Sumber: http://dedi26.blogspot.com

Wednesday, April 24, 2013

Program Pengembangan Diri

Program Pengembangan Diri


Dalam Peraturan Mendiknas Nomor 22 Tahun 2006 disebutkan bahwa kurikulum SMP/ MTs memuat 10 mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri.
Pengembangan diri bukanlah merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan dibimbing oleh konselor (Guru BK/BP), guru mata pelajaran, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam kegiatan ekstrakurikuler atau melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkaitan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar dan pengembangan karir peserta didik.


  • Layanan Konseling
Layanan konseling adalah bentuk kegiatan layanan yang bertujuan membantu siswa utnuk memecahkan persoalannya terkait dengan masalah pribadinya, masalah dalam kehidupan sosialnya, masalah di dalam belajar dan persoalan yang dihadapi siswa dalam mempersiapkan kehidupan karirnya di masa depan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan layanan konseling agar layanan konseling benar-benar memberikan manfaat:
  • Siswa harus secara aktif berusaha menemui konselor atau guru BK untuk mengemukakan persoalan yang sedang dihadapi, karena yang paling tahu bahwa seseorang sedang menghadapi sebuah masalah itu adalah dirinya sendiri. Jadi siswa jangan menunggu untuk dipanggil karena guru BK tidak akan tahu jika siswanya mengalami masalah.
  • Keterangan yang lengkap dan jujur dari siswa sangat dibutuhkan oleh konselor/ guru BK untuk dapat membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi siswa tersebut.
  • Konselor/ guru BK terikat pada aturan, norma dan etika untuk menyimpan rapat-rapat semua rahasia siswanya yang memiliki masalah. 
  • Harus dipahami oleh siswa yang memiliki masalah bahwa yang dapat menyelesaikan masalahnya adalah dirinya sendiri sedangkan konselor/ guru BK hanya berperan membantu. 
  • Siswa haruslah menganggap bahwa guru BK adalah sahabatnya bukan dianggap menjadi polisi sekolah. Sesuai dengan tugas dan fungsi yang diberikan oleh sekolah, konselor harus bisa menjadi sahabat siswa.
  • Kegiatan Ekstrakurikuler
Tujuan diselenggarakan kegiatan ekstrakurikuler adalah memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mengembangkan dan mengekspresikan minat dan bakatnya. Hal yang perlu diperhatikan agar kegiatan ekstrakurikuler benar-benar bermanfaat bagi siswa:
  • Harusnya siswa berkonsultasi terlebih dahulu dengan wali kelas dan konselor/ guru BK dan orang tua tentang materi kegiatan ekstrakurikuler sehingga siswa dapat menentukan pilihan yang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya.
  • Sebelum menentukan pilihan ekstrakurikuler yang akan diikuti sebaiknya siswa sudah memiliki gambaran yang jelas tentang waktu yang harus dialokasikan untuk kegiatan tersebut. 


Sumber: http://dedi26.blogspot.com

Tuesday, April 23, 2013

Upaya Membantu Siswa Mengatasi Masalah Belajar

Upaya Membantu Siswa Mengatasi Masalah Belajar


Nah,, Setelah kemarin telah berbagi tentang penyebab masalah belajar, sekarang saya akan ulas tentang upaya membantu siswa mengatasi masalah belajar. Sebenarnya bagaimana sih cara mengatasinya .. mari kita simak baik-baik.
Para  ahli  telah  mengajukan  langkah-langkah  yang ditempuh  untuk melaksanakan pemecahan  masalah  belajar. Ross  dan  Stanley  (dalam depdikbud,1985:38)  menyatakan bahwa  tahapan  dalam pemecahan masalah  belajar sebagai berikut:


  • who are the pupils  having  trouble?
  • where are  the errors located?
  • why do the errors  located?
  • what  remidies are suggested ?
  • how can errors  be  pre­vented
Sedangkan Burton (dalam Depdikbud, 1985:38) menya­takan langkah-langkah pemecahan masalah belajar  meliputi:
  • general diagnosis,
  • Analytic diagnosis,
  • Psycolog­ical diagnosis.
Setelah  ditemukan siswa  atau  individu  yang diduga  mengalami  kesulitan belajar,  maka   selanjutnya adalah  melakukan  diagnosa yaitu upaya  untuk menentukan letak  dan jenis kesulitan serta latar belakangnya. Untuk itu  di bawah ini secara berturut-turut akan dibahas  per­tanyaan  sbb :
  • Dalam mata pelajaran manakah  kesulitan itu terjadi?
  • Pada kawasan tujuan belajar yang  manakan kesulitan itu terjadi?
  • Pada bagian ruang lingkup  bahan yang manakah kesulitan itu terjadi? Apa yang melatarbela­kangi terjadinya kesulitan itu.
Sebenarnya  tidaklah terlalu sukar untuk menjawab  per­tanyaan,  apakah  kesulitan itu terjadi  pada  beberapa atau  hanya salah satu mata pelajaran tertentu.  Dengan jalan membandingkan angka nilai prestasi tiap individu yang  bersangkutan  dari semua mata  pelajaran  dengan nilai rata-rata dari setiap mata pelajaran, maka dengan mudah dapat ditemukan pada mata pelajaran  manakah siswa mengalami kesulitan. sebagai berikut:
Penetapan  tehnik  yang  akan  ditempuh  disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang kesulitan, misalnya ;
  • Jika berlatarbelakang pada  masalah-masalah pribadi seperti konflik, rendah diri, kurang kepercayaan pada diri sendiri, maka diberi bantuan konseling,
  • Jika berlatar   belakang karena gangguan mental atau gangguan  kesehatan  fisik,  bantuannya  ialah  dengan   melimpahkan kepada petugas yang berwenang,
  • Jika berlatar  belakang  sosial  dapat  diberi  pendekatan dengan  group  guidance (bimbingan kelompok) serta penempatan pada kelompok-kelom­pok  tertentu dan sebagainya,
  • Jika masalah yang timbul karena  proses belajar mengajar  maka diberi bantuan  bim­bingan belajar.
Jika terdapat kasus kesulitan belajar seperti tersebut di atas, maka hendaknya:
  • menarik kesimpulan umum;
  • membuat perkiraan, apakah masalah itu mungkin untuk diatasi, dan;
  • memberikan saran tentang kemungkinan cara mengatasinya.
Untuk Kasus Kelompok
Jika mayoritas siswa nilai prestasinya tidak dapat mencapai batas lulus (minimum acceptable performance), kita dapat menyimpulkan bahwa kelas yang bersangkutan patut diduga sebagai kelas yang mengalami kesulitan belajar. Begitu juga dengan kelas yang bernilai prestasi kelas di bawah kelas yang setaraf, kelas ini juga patut diduga sebagai kelas yang mengalami kesulitan belajar.
Jika fakta di atas ternyata terjadi pada banyak bidang studi, dapat diduga bahwa letak kelemahannya bersifat integral (menyeluruh) yang menyangkut keseluruhan aspek kurikulum dan system pengajaran di kelas atau sekolah yang bersangkutan, tetapi kalau kasus tersebut hanya terjadi pada bidang studi tertentu maka kelemahannya dapat dilokalisasikan pada sistem instruksional khusus yang digunakan oleh guru bidang studi.
Estimasi (perkiraan) dan saran kemungkinan cara mengatasi kasus di atas dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mendefinisikan jenis dan sumber penyebab masalahnya dan karakteristik berat atau ringannya masalah. Pada kasus kelompok penyebab masalah dapat dikatakan dari luar diri diri siswa karena yang mengalami kesulitan hampir semua siswa dalam satu kelas, sedangkan karakteristik masalahnya sangat mungkin diatasi, berdasarkan gejala-gejala khas yang berkaitan dengan kelompok.
Jika kelemahannya bersumber dari kurikulum, maka kemungkinan cara mengatasi adalah dengan program pengajaran khusus (pengayaan). Jika kelemahannya bersumber dari sistem evaluasi, maka kemungkinan cara mengatasinya dengan pengembangan sistem penilaian yang memotivasi siswa. Sedangkan jika kelemahan terdapat pada faktor kondisional, kemungkinan dapat diatasi dengan melengkapi buku, laboratorium, dan sarana-prasarana belajar lainnya.
Untuk Kasus Individu
Jika ternyata hanya sebagaian kecil dari siswa (sekitar 5-25%) yang angka prestasinya tidak mencukup batas lulus dan atau lebih kecil dari rata-rata nilai prestasi kelas, kita dapat menyimpulkan bahwa letak kelemahan bersifat individual. Permasalahan dapat disimpulkan lebih lanjut sebagai berikut.
  • Bersifat menyeluruh, jika ternyata kelemahannya terjadi pada seluruh atau sebagaian besar bidang studi yang diikutinya.
  • Bersifat segmental atau sektoral, jika ternyata kelemahannya terjadi pada sebagaian bidang studi yang diikutinya.
  • Bersifat personal, jika ternyata kelemahan itu bukan dalam segi prestasi studi tetapi segi proses atau penyesuaian dirinya.
Sedangkan sumber dan faktor penyebabnya dapat berupa faktor individu siswa yang bersangkutan. Misalnya sifat sukar mengubah diri dengan pola-pola kebiasaan belajar yang lebih sesuai, sikap menyepelekan sistem penilaian partisipasi, dan belum menguasai pengetahuan dasar. Faktor dari luar diri siswa juga dapat berpengaruh pada hal ini, contohnya hampir sama pada kasus kelompok yang sebelumnya telah dijelaskan.
Untuk mengatasi kasus individu ini, sebelumnya harus kita bedakan dahulu, mana yang lebih muda diatasi dan mana yang lebih sulit. Jika faktor yang lebih berpengaruh adalah faktor hereditas atau genetik, maka usaha penyembuhan secara metodologis sangat kecil kemungkinannya untuk berhasil. Siswa semacam ini dapat dibantu dengan penyaluran atau penjurusan program pendidikan tertentu yang sesuai dengan kemampuannya. Jika kelemahan itu bersumber dari aspek individual lainnya, seperti kebiasaan belajar, minat dan lingkungan, maka penyembuhan secara metodologis dapat diterapkan meskipun hasilnya baru dapat dilihat dalam waktu yang relatif lama.
Beberapa alternatif yang dapat dilakukan dalam membantu masalah belajar  siswa yaitu : Remidial  teaching  atau pengajaran perbaikan, kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi belajar, peningkatan ketrampilan belajar, pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik (Kartadinata, 1999; 75-79).
Di bawah ini diuraikan beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam membantu siswa yang mengalami masalah belajar.
Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan bentuk khusus pengajaran yang bermaksud untuk menyembuhkan, membetulkan atau membuat menjadi baik. pengajaran perbaikan dapat dilakukan kepada seorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka. Pengajaran perbaikan sifatnya lebih khusus, karena bahan, metode, dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang masalah yang dihadapi siswa.   Wujud dari pengajaran perbaikan dapat berupa; pengajaran ulang baik sebagian maupun keseluruhan suatu unit, pemecahan masalah sosial, emosional maupun psikologis siswa.
Kegiatan pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seorang atau beberapa siswa yang sangat cepat dalam belajar. layanan ini dapat berupa tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah atau memperluas pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimiliki. Siswa yang cepat belajar hamper selalu dapat mengerjakan tugas-tugas lebih cepat dibandingkan dengan teman-temannya dalam waktu yang telah ditetapkan. 
Peningkatan motivasi belajar
Prosedur yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar adalah sebagai berikut:
  • Memperjelas tujuan-tujuan belajar. Melalui peneguhan tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang yang akan dicapai, akan mendorong siswa giat belajar.
  • Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan menyenangkan.
  • Memberi hadiah (penguatan) baik secara verbal dan non verbal.
  • Memberikan hukuman (hukuman yang bersifat membimbing, yaitu yang menimbulkan efek peningkatan perilaku kearah yang lebih baik).
  • Menciptakan interaksi yang hangat dan dinamis antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa.
  • Menghindari suasana yang mengancam dan menimbulkan tekanan-tekanan seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan dan menjengkelkan.
  • Melengkapi sumber dan peralatan belajar.  
  • Peningkatan ketrampilan belajar
Ketrampilan belajar sangat dibutuhkan siswa untuk dapat mencapai hasil belajar yang optimal.  Untuk meningkatkan ketrampilan belajar siswa dapat dilakukan dengan cara memberikan informasi dan pelatihan ketrampilan belajar. Materi pelatihan ketrampilan belajar dapat  meliputi: cara membuat catatan yang baik, cara menhadapi ujian, cara membuat ringkasan, cara menghafal materi pelajaran dan sebagainya.
Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
Sikap dan kebiasaan yang baik tidak tumbuh secara kebetulan, melainkan perlu ditumbuhkan melalui bantuan yang terencana, terutama oleh guru-guru dan orang tua siswa. untuk itu siswa hendaknya dibantu dalam hal;
  • menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar
  • memelihara kondisi kesehatan yang baik
  • mengatur waktu belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah
  • memilih tempat belajar yang baik
  • belajar dengan menggunakan berbagai sumber belajar
  • membaca dengan cara yang baik
  • tak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang belum diketahui.
Source :  http://kajianpsikologi.guru-indonesia.net/artikel_detail-40565.html#.UVH62aKl7-s


Saturday, April 20, 2013

Faktor-faktor Penyebab Masalah Belajar di Sekolah Dasar

Faktor-faktor Penyebab Masalah Belajar di Sekolah Dasar


Dalam proses pembelajaran tentu saja mengharapkan suatu hasil belajar yang baik yang tercapainya suatutujuan pembelajaran.
Akan tetapi dalam suatu pembelajaran pasti akan adanya suatu masalah yang timbul. Eye rolling smile. Secara garis besar, faktor yang menjadi penyebab terjadinya masalah belajar menurut Kartadinata (1999; 72) ada dua faktor yaitu faktor internal (dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal (faktor dari luar diri individu). Kedua faktor tersebut yaitu:


Nah!!! Apa saja yang memjadi penyebab masalah yang timbul tersebut
  • Faktor Internal (faktor yang berasal dari diri siswa) antara lain meliputi
    • Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ tubuh, alat bicara,  gangguan panca indra, cacat tubuh, serta penyakit menahun (asma, alergi dan sebagainya)
    • Ketidakseimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental) seperti kemampuan mental kurang, taraf kecerdasan kurang.
    • Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri, tercekam rasa takut, kebencian, serta ketidakmatangan emosi.
    • kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah, tidak teratur dalam belajar, kurang berminat pada pelajaran sekolah, malas, sering terlambat datang ke sekolah, sering bolos dan sering tidak mengikuti pelajaran, terlalu banyak bermain atau kegiatan yang tidak mendukung keberhasilan belajar.
  • Faktor Eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa) antara lain meliputi
    • Sekolah, antara lain; 1) sifat kurikulum yang kurang fleksibel, 2) beban belajar telalu berat, 3) metode mengajar yang kurang memadai, 4) kurangnya alat dan sumber belajar
    • Keluarga (rumah), antara lain; 1) keluarga yang kurang harmonis, 2) keluarga retak, 3) kurangnya perhatian orang tua terhadap kegiatan belajar anak, 4) kondisi ekonomi yang kekurangan.
    • Masyarakat antara lain; adat dan kebiasaan masyarakat yang kurang mendukung kegiatan belajar di sekolah, teman sebaya yang memiliki perilaku kurang baik,
Sedangkan menurut Burton (1952), variabel yang mempengaruhi proses belajar mengajar dapat dikelompokan menjadi dua faktor, yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa.
  • Faktor-faktor dari dalam diri siswa, antara lain ;
    • Kelemahan fisik, seperti tidak berkembangnya susunan syaraf pusat karena cacat atau sakit, kurang berkembangnya panca indera sehingga menyulitkan proses interaksi, menderita penyakit menahun, dan ketidakseimbangan perkembangan dan reproduksi.
    • Kelemahan-kelemahan mental, seperti cacat mental, kurang semangat, serta pengalaman-pengalaman traumatis.
    • Kelemahan-kelemahan emosional, seperti rasa tidak aman, phobia, maupun ketidakmatangan.
    • Kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan yang salah, seperti banyak melakukan kegiatan yang bertentangan dengan aktivitas sekolah.
    • Tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan, seperti membaca, menghitung, dsb.
  • Faktor-faktor dari luar diri siswa, antara lain ;
    • Kurikulum yang seragam, bahan dan buku sumber yang tidak sesuai dengan tingkat-tingkat kematangan.
    • Beban belajar-mengajar yang terlalu berat bagi siswa dan guru.
    • Populasi siswa yang terlalu besar dalam kelas.
    • Terlalu banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler.
    • Kekurangan gizi.
Menurut Depdikbud (1995) Faktor yang menyebabkan masalah belajar adalah ;  a) lemahnya motivasi belajar, b) kurang intensifnya bimbingan pengajar, c) kurangnya kesempatan berlatih  atau  berprak­tik, d) tidak ada upaya dan kesempatan  reinforcement, e) kurang gairah belajar karena kurang jelasnya tujuan. Lebih  lanjut Callis (dalam Depdikbud, 1995) menje­laskan bahwa masalah belajar  disebabkan  oleh :  a) kurang informasi dan kurang pengertian tentang diri sendiri (lack of informatiaon and undertanding about self), b) kurang informasi dan kurang pengertian tentang lingkun­gannya (lack of information and understanding of the envi­ronmentaly), c) kurang trampil (lack of skill). 
Source : http://kajianpsikologi.guru-indonesia.net/artikel_detail-40568.html#.UVH7KqKl7-s