Tuesday, July 30, 2013

Bangun Budaya Bernalar sejak Dini

Bangun Budaya Bernalar sejak Dini




BANDUNG, KOMPAS.com - Bekal utama yang diperlukan agar anak-anak mampu bersaing dalam dunia yang terus bergerak maju dan mengglobal adalah kemampuan berpikir logis. Namun, pendidikan di Indonesia justru cenderung mengabaikan kemampuan bernalar itu.



�Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki kemampuan berpikir,� kata Guru Besar Aeronautika dan Astronautika Institut Teknologi Bandung (ITB) Ichsan Setya Putra dalam Science, Technology, Engineering, Arts and Mathematics (STEAM) Festival, di Museum Geologi Bandung, Sabtu (18/5).

Kemampuan berpikir yang dibutuhkan pada masa mendatang adalah berpikir untuk menghargai orang lain, menjunjung tinggi etika, menyintesis informasi, fokus dalam satu bidang tertentu, dan berpikir kreatif. Kemampuan itulah yang seharusnya dibangun melalui sekolah.

Untuk menggugah kemampuan bernalar masyarakat, sejumlah dosen ITB dari berbagai latar belakang keilmuan menggelar STEAM Festival. Acara yang mengekspos berbagai karya rekayasa, sains, dan seni berbasis sains itu merupakan bagian dari Bulan Budaya Bernalar 2013 yang digelar sejak akhir April.

�Masyarakat harus terus diajak untuk bernalar, bahkan terhadap hal-hal yang sudah biasa ditemukan sehari-hari,� ujar Ketua Panitia Bulan Budaya Bernalar Premana W Premadi.

Pendiri Eureka, Math and Science Learning Center, Alexander A Iskandar, menambahkan, pendidik memiliki peran penting dalam menumbuhkan kemampuan bernalar siswa. Sayangnya, keterbatasan kemampuan dan penghargaan yang rendah membuat sebagian besar guru di Indonesia justru tak mampu membangkitkan kemampuan berpikir kreatif siswa. (MZW)


Kecerdasan Sosial pada Era Global

Kecerdasan Sosial pada Era Global



Yogyakarta (Suara Merdeka) - PADA era global ini, sering kita mendengar tindakan kurang dewasa dari remaja Indonesia. Sebut saja tawuran antarpelajar, pertengkaran antarkelompok remaja, merebaknya tindak kriminal hanya karena alasan sepele.



Hal tersebut memperlihatkan, pada era global banyak terjadi kemerosotan kecerdasan emosional pada remaja. Perilaku mereka cenderung reaktif, mengambil keputusan secara tergesa-gesa dan emosional. Mereka sepertinya belum bisa menerima diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Hal itulah yang menyebabkan mereka cenderung menyalahgunakan kemajuan teknologi dan kemampuan finansial untuk melakukan tindakan-tindakan yang kurang bertanggung jawab dan cenderung bertujuan untuk mendominasi di dalam sebuah lingkungan.

Sonny Keraf dan Michael Dua berpendapat, teknologi hanya memperbesar kontrol manusia atas alam, atas masyarakat, dan atas diri sendiri. Dengan demikian, ada bahaya bahwa teknologi justru melayani nafsu akan kekuasaan atau keinginan irasional untuk mendominasi.

Bagi remaja di era global ini, keteladanan lebih dibutuhkan dibandingkan sekadar teori. Banyak penelitian para psikolog yang menemukan bahwa remaja saat ini cenderung bersikap kritis dan menuntut contoh konkret jika orang lain menginginkan mereka melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan mereka.

Sementara itu, kondisi sebagian besar keluarga saat ini kurang memadai dalam pemberian teladan sikap dan perilaku dari orang tua kepada anaknya. Penyebab umum yang santer terdengar, karena orang tua sibuk kerja sehingga hubungannya dengan anak pun kurang hangat. Komunikasi keduanya juga kurang intens dan berkualitas.

Pengawasan Menurun
Semua itu menyebabkan pengawasan orang tua terhadap anak kian menurun. Hal itulah yang cenderung menyebabkan seorang anak melakukan hal-hal yang tidak terkontrol saat berada di luar rumah.
Apabila remaja yang mengalami kondisi demikian tidak berusaha menerima diri sendiri dengan menghargai keturunan biologis, latar belakang pendidikan, dan apa yang terjadi di sekitarnya maka bisa membahayakan bila yang bersangkutan tak mampu membuat pilihan bijaksana terkait dengan hal itu. Namun yang cenderung terjadi, para remaja salah mengambil keputusan dalam mengatasi situasi yang terjadi. Akibatnya, banyak remaja yang terjerat pergaulan kurang baik dan berdampak buruk bagi pola perilaku ataupun kebiasaan bahkan penampilan mereka.

Hal itu diperparah dengan kurangnya motivasi dari diri sendiri untuk mencapai sebuah tujuan atau visi hidupnya yang dijadikan prioritas. Selain penerimaan diri dan pentingnya motivasi, diperlukan juga empati. Hal ini akan membawa remaja untuk memahami orang lain terlebih dahulu sebelum berusaha menuntut untuk dipahami oleh orang lain.

Kemampuan remaja untuk berempati dalam kehidupan sosialnya berdampak besar pada pola hidup dan juga keputusan yang diambil. Sikap empati menjadi penting bila terkait dengan hubungan antarindividu.
Jika semua itu terkendali dan tertata secara baik, akan tercipta suatu sinergi. Melalui sinergi itu akan muncul ide-ide kreatif bersama orang lain.
  • Margareta Jeanne R, Mahasiswa Prodi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Penerima Beasiswa Unggulan Ditjen Dikti.

Sunday, July 28, 2013

Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP

Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP



Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama. Begitu pula kurikulum 2013 mempunyai perbedaan dengan KTSP. 


Berikut ini adalah perbedaan kurikulum 2013 dan KTSP


No
Kurikulum 2013
KTSP
1SKL  (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, yang berbentuk Kerangka Dasar Kurikulum, yang dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun 2006
2Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuanlebih menekankan pada aspek pengetahuan
3di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VIdi jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-III
4Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSPJumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013
5Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
6TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaranTIK sebagai mata pelajaran
7Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan
8Pramuka menjadi ekstrakuler wajibPramuka bukan ekstrakurikuler wajib
9Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang SMA/MAPenjurusan mulai kelas XI
10BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswaBK lebih pada menyelesaikan masalah siswa

Itulah beberapa perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP. Walaupun kelihatannya terdapat perbedaan yang sangat jauh antara Kurikulum 2013 dan KTSP, namun sebenarnya terdapat kesamaan ESENSI Kurikulum 2013 dan KTSP. Misal pendekatan ilmiah (Saintific Approach) yang pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP).  Masalah pendekatan sebenarnya bukan masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa jadi pendekatan ilmiah yang diperkenalkan di Kurikulum 2013 akan bernasib sama dengan pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan tidak bisa menerapkannya dalam pembelajaran di kelas.


Saturday, July 27, 2013

Silabus Matematika SMP Kurikulum 2013

Silabus Matematika SMP 2013



Kurikulum 2013 secara resmi mulai diterapkan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014. Di jenjang SD diterapkan di kelas I dan IV, jenjang SMP diterapkan pada kelas VII, sedang di SMA/SMK diterapkan di kelas X. Untuk sekolah pun secara bertahap melaksanakan kurikulum 2013, artinya tidak semua sekolah ditunjuk untu melaksanakan kurikulum 2013.  Jumlah sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013 adalah 6.325 adapun PTK sasaran yang akan melaksanakan dan akan dilatih sebanyak  74.289 orang.


Seperti kita tahu bahwa kita tidak perlu membuat silabus untuk kurikulum 2013. kita hanya membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Untuk guru yang belum mengikuti diklat implementasi kurikulum 2013 dan ingin mempunyai silabus SMP kurikulum 2013 dapat mengunduh melalui tautan-tautan di bawah ini.

















Semoga bermanfaat...



By Blog Ilmu Matematika

http://ilmu-matematika.blogspot.com

Permendikbud Tentang Kurikulum Tahun 2013

Permendikbud Tentang Kurikulum Tahun 2013





Akhirnya Kurikulum 2013 diberlakukan juga. Pemberlakuan kurikulum ini tentu didasari oleh peraturan Mendikbud tentang SKL (Standar Kompetensi Lulusan), Struktur Kurikulum dan lain-lain. Selama ini KIKD (Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar) dan Struktur Kurikulum yang beredar masih dalam bentuk draft.


Saat ini perangkat kurikulum itu semua tidak lagi dalam bentuk draft, karena sudah disahkan oleh Mendikbud dalam bentuk Permendikbud. Permendikbud tersebut dapat diunduh melalui tautan di bawah ini:

Berikut ini link download Permendikbud Tentang Kurikulum Tahun 2013:


01. A. Salinan Permendikbud No. 54 tahun 2013 ttg SKL

01. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 54 tahun 2013 ttg SKL

03. A. Salinan Permendikbud No. 65 th 2013 ttg Standar Proses

03. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 65 th 2013  ttg Standar Proses

04. A. Salinan Permendikbud No. 66 th 2013 ttg Standar Penilaian

04. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 66 th 2013 tentang Standar Penilaian

05. A. Salinan Permendikbud No. 67 th 2013 ttg KD dan Struktur Kurikulum SD-MI

05. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 67 th 2013 ttg Kurikulum SD

06. A. Salinan Permendikbud No. 68 th 2013 ttg ttg KD dan Struktur Kurikulum SMP-MTs

06. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 68 th 2013 ttg Kurikulum SMP-MTs

07. A. Salinan Permendikbud No. 69 th 2013 ttg ttg KD dan Struktur Kurikulum SMA-MA 

07. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 69 th 2013 ttg Kurikulum SMA-MA

08. Permendikbud Nomor 70 ttg Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK-MAK

09. Permendikbud Nomor 71 tahun 2013 ttg Buku Teks Pelajaran Layak


Semoga bermanfaat

Thursday, July 25, 2013

Bank Soal SMP Kelas 9

Bank Soal SMP Kelas 9






Berikut ini link download Bank Soal SMP Kelas 9:












Jika menginginkan dalam bentuk File Microsoft Word

 


Silahkan Donasi sebesar Rp.5.000,-  ke:

(BRI, No.Rek: 4686-01-009138-53-3)

(BCA, No.Rek: 0560-872283)

Atas Nama: YOYO APRIYANTO

Paypal/Email: yoyoapriyanto@gmail.com

HP: +6287864437541


Setelah donasi harap kirimkan Nama  dan Email, selanjutkan File akan dikirim via Email.

Semoga bermanfaat...


Tuesday, July 23, 2013

Bank Soal SMP Kelas 8

Bank Soal SMP Kelas 8






Bank Soal ini berisi Soal dan Pembahasan yang terdiri dari ribuan soal.










Jika menginginkan dalam bentuk File Microsoft Word


Silahkan Donasi sebesar Rp.5.000,-  ke:

(BRI, No.Rek: 4686-01-009138-53-3)

(BCA, No.Rek: 0560-872283)

Atas Nama: YOYO APRIYANTO

Paypal/Email: yoyoapriyanto@gmail.com

HP: +6287864437541


Setelah donasi harap kirimkan Nama  dan Email, selanjutkan File akan dikirim via Email.

Semoga bermanfaat...


Bank Soal SMP Kelas 7

Bank Soal SMP Kelas 7



 

Hallo selamat pagi para pengunjung Blog Ilmu Matematika. File ini berisi Soal dan Pembahasan, terdiri dari ribuan soal yang saya himpun dari berbagai sumber.



Silahkan Donasi sebesar Rp.5.000,-  ke:

(BRI, No.Rek: 4686-01-009138-53-3)

(BCA, No.Rek: 0560-872283)
Atas Nama: YOYO APRIYANTO

Paypal/Email: yoyoapriyanto@gmail.com

HP: +6287864437541


Setelah donasi harap kirimkan Nama  dan Email, selanjutkan File akan dikirim via Email.


Semoga bermanfaat...


Monday, July 22, 2013

28 Juta Eksemplar Buku Disiapkan Songsong Kurikulum 2013

28 Juta Eksemplar Buku Disiapkan Songsong Kurikulum 2013







Persiapan pelaksanaan kurikulum 2013 terus dilakukan, termasuk diantaranya adalah penyiapan buku tematik siswa dan buku guru untuk sekolah dasar. Hingga saat ini tercatat 28.779.198 eksemplar buku yang akan disiapkan. Jumlah tersebut diperoleh dari penghitungan jumlah siswa dikali dengan 8 buku tematik siswa untuk kelas 1, 9 buku tematik siswa untuk kelas 4, buku agama kelas 1 dan kelas 4 masing-masing memiliki enam variasi, buku penjaskes kelas 1 dan kelas 4, buku cadangan sebanyak lima persen, dan buku guru.
“Buku cadangan yang lima persen itu adalah buku yang ditaruh di perpustakaan dan digunakan jika terjadi perubahan data di sekolah tersebut. Misalkan ada anak pindahan, atau siswa ketinggalan bukunya di rumah,” terang Direktur Pembinaan Sekolah Dasar, Ibrahim Bafadal, di Kemdikbud, Selasa (5/03) sore.
Ibrahim mengatakan, untuk buku guru saat ini ditentukan bahwa untuk setiap tema, seorang guru wajib memiliki satu buku guru. Jika di kelas 1 ada delapan tema, maka guru memiliki delapan buku guru. Demikian pula di kelas 4, ada sembilan tema, maka guru wajib memiliki sembilan buku guru. Namun, diskusi tentang buku guru masih berlangsung. Masih terbuka kemungkinan dalam satu buku guru terdapat dua tema atau lebih.
Ibrahim mencontohkan penghitungan kebutuhan buku di sebuah sekolah sebagai berikut. Jika sebuah sekolah memiliki 40 siswa kelas 1, maka buku yang disiapkan untuk kelas 1 sekolah tersebut adalah 40 siswa dikali 8 buku tematik, ada 320 buku tema. Ditambah 40 buku agama, 40 buku penjaskes, dan 8 buku guru.
Begitu pula dengan kelas 4, jika ada 40 siswa maka buku yang disiapkan adalah 40 siswa dikali 9 buku tematik, yaitu 360 buku. Ditambah 40 buku agama, 40 buku penjaskes, dan sembilan buku guru. Dari total jumlah buku untuk kelas 1 dan kelas 4 sekolah tersebut, ditambah lagi lima persen buku cadangan untuk ditaruh di perpustakaan.
Ibrahim mengatakan, jumlah 28.779.198 eksemplar ini masih bisa berubah. Alasannya, hingga saat ini belum semua kabupaten/kota yang menyerahkan hasil verifikasi dapodik yang dilakukan sejak Januari lalu. “Ada kemungkinan bertambah, karena ini masih data sementara,” katanya.
Kemdikbud masih menunggu hasil verifikasi dapodik dari kabupaten/kota hingga 8 Maret mendatang. Jika kabupaten/kota belum juga mengirimkan hasil hingga tanggal tersebut, maka data dapodik sebelumnya yang akan digunakan untuk menghitung kebutuhan buku di kabupaten/kota tersebut. Sedangkan dummy buku-buku tersebut akan siap minggu ini. Setelah itu, baru proses lelang penggandaan akan dilaksanakan. (AR)

Sumber : www.kemdikbud.go.id

Saturday, July 20, 2013

Pengertian Psikologi Menurut Beberapa Ahli

Pengertian Psikologi Menurut Beberapa Ahli



Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang merupakan gabungan dan kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara harafiah psikologi diartikan sebagal ilmu jiwa. Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat dimungkiri keberadaannya. Dalam beberapa dasawarsa ini istilah jiwa sudah jarang dipakai dan diganti dengan istilah psikis.


Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapat tentang pengertian psikologi, diantaranya:
  1. Pengertian Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat  secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
  2. Pengertian Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
  3. Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.

Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak disadari.

Dapat diketahui bahwa pengertian psikologi merupakan ilmu tentang tingkah laku. Pada hakekatnya tingkah laku manusia itu sangat luas, semua yang dialami dan dilakukan manusia merupakan tingkah laku. Semenjak bangun tidur sampai tidur kembali manusia dipenuhi oleh berbagai tingkah laku. Dengan demikian objek ilmu psikologi sangat luas. Karena luasnya objek yang dipelajari psikologi, maka dalam perkembangannya ilmu psikologi dikelompokkan dalam beberapa bidang, yaitu :

  1. Psikologi Perkembangan, yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku yang terdapat pada tiap-tiap tahap perkembangan manusia sepanjang rentang kehidupannya.
  2. Psikologi Pendidikan, yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam situasi pendidikan.
  3. Psikologi Sosial, ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan masyarakat sekitarnya.
  4. Psikologi Industri, ilmu yang mempelajari tingkah laku yang muncul dalam dunia industri dan organisasi.
  5. Psikologi Klinis, ilmu  yang mempelajari tingkah laku manusia yang sehat dan tidak sehat, normal dan tidak normal, dilihat dari aspek psikisnya.




Wednesday, July 17, 2013

Paradigma Pendidikan Indonesia Abad Ke- 21

Paradigma Pendidikan Indonesia Abad Ke- 21



Dari jaman ke jaman, pendidikan muncul dalam berbagai bentuk dan paham. Dilihat dari sejarahnya, Pendidikan Indonesia dapat dibagi secara urutan waktu kurang lebih sebagai berikut: (a) jaman pra-kolonial: masa prasejarah dan masa sejarah, (b) jaman kolonial ketika sistem pendidikan ‘modern’ dari Eropa diperkenalkan, dan (c) jaman kemerdekaan RI yang berlangsung hingga sekarang. Masing-masing jaman memiliki corak dan bentuk tersendiri.


Memasuki abad ke-21 sekarang ini, Pendidikan Indonesia dihadapkan dengan sejumlah tantangan dan peluang, yang tentunya berbeda dengan jaman-jaman sebelumnya. Guna mengantisipasi dan menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dan dinamika perubahan yang sedang dan akan terus berlangsung di Abad ke-21 ini, Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), pada tahun 2010 telah berupaya mengkonsepsikan pendidikan Indonesia untuk abad ke-21, yang dituangkan dalam sebuah buku yang berjudul “PARADIGMA PENDIDIKAN NASIONAL ABAD XXI”. Buku ini disusun oleh para pakar dari berbagai disiplin ilmu.
Salah satu topik yang dibahas dalam buku ini adalah tentang perubahan paradigma pembelajaran pada Abad ke-21 sebagaimana tampak dalam tabel berikut ini:
1.
Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa
Jika dahulu biasanya yang terjadi adalah guru berbicara dan siswa mendengar, menyimak, dan menulis – maka saat ini guru harus lebih banyak mendengarkan siswanya saling berinteraksi, berargumen, berdebat, dan berkolaborasi. Fungsi guru dari pengajar berubah dengan sendirinya menjadi fasilitator bagi siswa-siswanya.
2.
Dari satu arah menuju interaktif
Jika dahulu mekanisme pembelajaran yang terjadi adalah satu arah dari guru ke siswa, maka saat ini harus terdapat interaksi yang cukup antara guru dan siswa dalam berbagai bentuk komunikasinya. Guru berusaha membuat kelas semenarik mungkin melalui berbagai pendekatan interaksi yang dipersiapkan dan dikelola.
3.
Dari isolasi menuju lingkungan jejaring
Jika dahulu siswa hanya dapat bertanya pada guru dan berguru pada buku yang ada di dalam kelas semata, maka sekarang ini yang bersangkutan dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh via internet.
4.
Dari pasif menuju aktif-menyelidiki
Jika dahulu siswa diminta untuk pasif saja mendengarkan dan menyimak baik-baik apa yang disampaikan gurunya agar mengerti, maka sekarang disarankan agar siswa harus lebih aktif dengan cara memberikan berbagai pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya.
5.
Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata
Jika dahulu contoh-contoh yang diberikan guru kepada siswanya kebanyakan bersifat artifisial, maka saat ini sang guru harus dapat memberikan contoh-contoh yang sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari dan relevan dengan bahan yang diajarkan.
6.
Dari pribadi menuju pembelajaran berbasis tim
Jika dahulu proses pembelajaran lebih bersifat personal atau berbasiskan masing-masing individu, maka yang harus dikembangkan saat ini adalah model pembelajaran yang mengedepankan kerjasama antar individu.
7.
Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan
Jika dahulu ilmu atau materi yang diajarkan lebih bersifat umum (semua materi yang dianggap perlu diberikan), maka saat ini harus dipilih benar-benar ilmu atau materi yang benar-benar relevan untuk ditekuni dan diperdalam secara sungguh-sungguh (hanya materi yang relevan bagi kehidupan sang siswa yang diberikan).
8.
Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru
Jika dahulu siswa hanya menggunakan sebagian panca inderanya dalam menangkap materi yang diajarkan guru (mata dan telinga), maka saat ini seluruh panca indera dan komponen jasmani-rohani harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotorik).
9.
Dari alat tunggal menuju alat multimedia
Jika dahulu ilmu guru hanya mengandalkan papan tulis untuk mengajar, maka saat ini diharapkan guru dapat menggunakan beranekaragam peralatan dan teknologi pendidikan yang tersedia – baik yang bersifat konvensional maupun moderen.
10.
Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif
Jika dahulu siswa harus selalu setuju dengan pendapat guru dan tidak boleh sama sekali menentangnya, maka saat ini harus ada dialog antar guru dan siswa untuk mencapai kesepakatan bersama.
11.
Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan
Jika dahulu seluruh siswa tanpa kecuali memperoleh bahan atau konten materi yang sama, maka sekarang ini setiap siswa berhak untuk mendapatkan konten sesuai dengan ketertarikan atau keunikan potensi yang dimilikinya.
12.
Dari usaha sadar tunggal menuju jamak
Jika dahulu siswa harus secara seragam mengikuti sebuah cara dalam berproses maka yang harus ditonjolkan saat ini justru adanya keberagaman inisiatif yang timbul dari masing-masing individu.
13.
Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak
Jika dahulu siswa hanya mempelajari sebuah materi atau fenomena dari satu sisi pandang ilmu, maka saat ini konteks pemahaman akan jauh lebih baik dimengerti melalui pendekatan pengetahuan multi disiplin.
14.
Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan
Jika dahulu seluruh kontrol dan kendali kelas ada pada sang guru, maka sekarang ini siswa diberi kepercayaan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan dan aktivitasnyamasing-masing.
15.
Dari pemikiran faktual menuju kritis
Jika dahulu hal-hal yang dibahas di dalam kelas lebih bersifat faktual, maka sekarang ini harus dikembangkan pembahasan terhadap berbagai hal yang membutuhkan pemikiran kreatif dan kritis untuk menyelesaikannya.
16.
Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan
Jika dahulu yang terjadi di dalam kelas adalah “pemindahan” ilmu dari guru ke siswa, maka dalam abad moderen ini yang terjadi di kelas adalah pertukaran pengetahuan antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan sesamanya.

Buku ini tampaknya menjadi referensi wajib bagi setiap insan Indonesia yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan dengan dunia pendidikan kita. Bagi Anda yang belum memiliki buku tersebut silahkan download melalui tautan di bawah ini:






Refleksi:
Menurut Anda, perubahan apa yang paling penting dan mendasar dalam pendidikan kita guna menghadapi abad ke-21?



Fungsi Otak Kanan dan Otak Kiri Manusia

Fungsi Otak Kanan dan Otak Kiri Manusia


Fungsi otak kanan dan otak kiri manusia. Seperti kita ketahui bahwa manusia memiliki sebuah otak besar (serebum) yang dibagi menjadi belahan (hemisfer) kiri dan belahan kanan, atau bisa kita sebut otak kanan dan otak kiri. Nah, walaupun masih merupakan kesatuan fungsi otak kanan dan otak kiri manusia ternyata mempunyai fungsi yang berbeda.



Fungsi Otak Kanan; berfungsi dalam perkembangan emotional quotient (EQ). Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain serta pengendalian emosi. Pada otak kanan ini pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, dan melukis.

Sedangkan Fungsi otak kiri; berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca, serta merupakan pusat matematika. Bagian otak ini merupakan pengendali intelligence quotient (IQ). Daya ingat otak bagian ini juga bersifat jangka pendek.

Otak kanan atau kiri, mana yang lebih baik ?
Untuk yang satu ini sepertinya sangat susah untuk dijawab, mengingat otak kanan maupun otak kiri mempunyai fungsi yang berbeda. Akan tetapi, menurut para ahli, sebagian besar orang di dunia hidup dengan lebih mengandalkan otak kirinya.

Para pengguna otak kiri pada umumnya lebih kuat dalam matematika. Mereka juga cenderung memiliki telinga kanan lebih tajam, kaki dan tangan kanannya juga lebih tajam daripada tangan dan kaki kirinya. Demikian juga sebaliknya dengan pengguna otak kanan.

Ada cara mudah untuk mengetahui seseorang menggunakan sisi otak bagian mana yang lebih dominan yaitu dengan cara mengintip dari penampilan mejanya. Bila seseorang dominan menggunakan otak kanan, ciri meja kerjanya cenderung berantakan. Meski begitu dia mengetahui dengan pasti di mana letak barang-barang yang dicari serta apa yang saat itu sedang dikerjakan. Sebab, mereka yang lebih banyak menggunakan otak kanan, proses berpikirnya paralel, sedangkan pengguna otak kiri cara berpikirnya serial.



Tuesday, July 16, 2013

Materi Diklat Peminatan Peserta Didik

Materi Diklat Peminatan Peserta Didik


Dalam upaya memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan para kepala sekolah dan pengawas sekolah,  Kemendikbud  telah menerbitkan Materi Diklat Peminatan Peserta Didik  bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah.

Selain  menyajikan tentang berbagai konsep yang betalian dengan peminatan peserta didik, buku ini juga membahas tentang menajemen dan teknis pelaksanaan peminatan peserta didik di SMA/SMK, yang disertai dengan beberapa contoh format/blanko isian yang  diperlukan untuk kepentingan teknis pelaksanaan Peminatan Peserta Didik.

Meski materi ini untuk kepentingan kegiatan Pelatihan Pengawas Sekolah dan Kepala sekolah, tetapi didalamnya juga terdapat materi yang terkait dengan peran Guru BK/Konselor di sekolah. Jika Anda ingin mengunduh materi Diklat Peminatan Peserta Didik ini. Silahkan klik tautan di bawah ini:






Macam-Macam Gaya Belajar Pada Anak

Macam-Macam Gaya Belajar Pada Anak



Gaya Belajar Anda Visual, Auditori, atau Kinestetik ?

Dalam buku Quantum Learning dipaparkan 3 modalitas belajar seseorang yaitu : “modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K). Walaupun masing2 dari kita belajar dengan menggunakan ketiga modlaitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya”.





1. Visual (belajar dengan cara melihat)

Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

Ciri-ciri gaya belajar visual :

² Bicara agak cepat
² Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
² Tidak mudah terganggu oleh keributan
² Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
² Lebih suka membaca dari pada dibacakan
² Pembaca cepat dan tekun
² Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
² Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
² Lebih suka musik dari pada seni
² Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :

1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.

2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)

Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang2 saja. Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

Ciri-ciri gaya belajar auditori :

² Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
² Penampilan rapi
² Mudah terganggu oleh keributan
² Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
² Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
² Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
² Biasanya ia pembicara yang fasih
² Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
² Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
² Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
² Berbicara dalam irama yang terpola
² Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
4. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
5. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.

3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :

² Berbicara perlahan
² Penampilan rapi
² Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
² Belajar melalui memanipulasi dan praktek
² Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
² Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
² Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
² Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
² Menyukai permainan yang menyibukkan
² Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
² Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:

1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
3. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
4. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.
Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Bagaimana dengan gaya belajar Anda?


Sunday, July 14, 2013

Hari Pertama Masuk Sekolah: Persiapan Mental Anak

Hari Pertama Masuk Sekolah: Persiapan Mental Anak




Tak terasa si buah hati sudah tumbuh besar dan tiba waktunya untuk belajar di sekolah demi masa depannya. Padahal rasanya baru kemarin ia belajar merangkak dan berbicara.
Perilaku anak menyambut hari pertamanya di sekolah memang berbeda-beda. Ada yang semangat dan girang, namun ada juga yang takut, rewel, malas atau malu. Sikap tersebut sangatlah wajar, terutama karena mereka dihadapkan dengan dunia baru yang masih asing bagi mereka.


Disinilah peran Anda sebagai orang tua diperlukan. Charles E. Schaefer, Ph.D. dari Pusat Pelayanan Psikologi Farleigh Dickinson University pun memberikan beberapa tips yang akan membantu Anda menyemangati si buah hati dalam melawan rasa khawatir dan cemasnya, seperti dikutip dari mykidsbookbee.

1. Beri penjelasan tentang sekolah
Beberapa anak sering merasa cemas dan takut yang berlebihan menjelang hari pertamanya di sekolah. Sebenarnya mereka hanya butuh penjelasan dan pengertian. Ceritakanlah hal-hal yang akan dia temui di sekolah. Katakan padanya bahwa belajar itu menyenangkan, guru-gurunya baik, ruangan kelasnya nyaman, dan banyak teman baru yang akan ia dapatkan.

2. Ceritakan kegiatan seru di sekolah
Sekolah baru sama artinya dengan planet asing bagi anak-anak. Mereka hanya belum mencobanya, yang harus Anda lakukan adalah menceritakan dengan spesifik betapa serunya kegiatan di sekolah. Usahakan mengatakan kalimat semenarik mungkin, jangan katakan kalimat umum seperti "Kamu akan belajar dan banyak main di sekolah".
Jelaskanlah lebih rinci seperti, "Sekolah sangat seru dan menyenangkan. Semua anak akan masuk kelas, meletakkan tasnya di tempatnya masing-masing, lalu guru akan menjelaskan pelajaran seperti membaca, berhitung, bernyanyi dan kamu juga akan bermain bersama teman-teman".

3. Jangan katakan waktu padanya
Anak-anak belum bisa mengerti pentingnya belajar, yang mereka tahu hanyalah bermain. Ketika mulai masuk kelas, mereka pun menanyakan kapan dijemput atau kapan sekolah akan berakhir.
Untuk menjawabnya, sebaiknya hindari mengatakan waktu yang harus dia tempuh untuk belajar di kelas, seperti "Ibu akan menjemputmu 3 jam lagi", atau bahkan "Kamu akan berada di sini sebentar saja". Perkataan seperti itu cukup menakutkan bagi mereka.
Lebih baik katakan yang sebenarnya tanpa menyebutkan berapa lama waktunya di kelas, seperti "Kamu akan senang bersama teman-temanmu sampai-sampai tak terasa ibu datang untuk menjemputmu lagi".

4. Informasikan keberadaan Anda
Saat memasuki kelas dan berpisah dengan orang tua yang mengantar adalah saat yang sulit bagi anak-anak. Mereka sering cemas dan membayangkan dirinya dalam bahaya karena ayah-ibunya tak ada.
Sebagian anak lainnya justru mencemaskan keselamatan orangtuanya. Untuk itu orangtua perlu menjelaskan keberadaan dirinya setelah selesai mengantar anak. Beri dia informasi yang detail seperti, "Ayah akan pergi ke kantor setelah mengantarkanmu ke sekolah" atau "Ibu akan pergi ke pasar untuk belanja".

5. Berikan dorongan positif
Seorang anak yang ketakutan akan mengekspresikan ketakutannya dengan berbagai perilaku, seperti mengisap jempol, ngompol, merengek-rengek, cemberut, marah tanpa sebab, atau mungkin menarik diri dari lingkungan.
Menyikapi perilaku seperti itu, sebaiknya tahan emosi Anda. Jangan mengatakan, "Kamu tidak boleh ngompol lagi, gurumu dan teman-temanmu pasti tidak suka dengan kebiasanmu itu".
Yang ia butuhkan hanyalah dorongan positif dan kata-kata yang menenteramkan, seperti "Ibu tahu kalau kamu tidak akan mengisap jempolmu lagi, kamu kan sudah besar."

Nah, sudah siap kan mengantarnya sekolah?



Semoga Bermanfaat..